1. Kerajaan Islam Demak
Kerajaan Islam Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, didirikan oleh Raden Fatah atau yang dikenal dengan pangeran Jimbun/Senopati Jimbun Ngabdurrahman.
Pusat pemerintahannya terletak di kota Demak, Semarang, Jawa Tengah.
Pada mulanya Demak adalah sebagai pusat pengajaran agama yang didirikan
Raden Fatah. Ia mulai membuka pesantren pada tahun 1475 M atas perintah
Sunan Ampel, selanjutnya Demak menjadi pusat perdagangan dan akhirnya
menjadi Kerajaan Islam yang berdiri sekitar tahun 1500 M. Raden Fatah
wafat tahun 1518 M, digantikan oleh putranya Adipati Unus/Pati
Unus(1518-1521 M), yang bergelar adalah Pangeran Sebrang Lor artinya seorang pangeran yang menyeberang ke sebelah Utara.
Adipati
Unus wafat tahun 1421 M. Ia digantikan oleh Sultan Trenggono (1521-1546
M). Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Islam Demak
mencapai puncak kejayaan. Pada waktu itu datang seorang mubaligh dari
Samudera Pasai bernama Fatahillah atau Fadilah Khan. Di Demak Fatahillah
menjadi guru agama di lingkungan istana, sebagai penasehat Sultan dan
panglima tentara Demak. Kemudian Fatahillah dikawinkan dengan adik
Sultan Trenggono yaitu Nyai Ratu Pembayun.
Pada
tahun 1526 M Sultan Trenggono menyiapkan tentaranya untuk menyerang
Banten dan Sunda Kelapa dibawah pimpinan Fatahillah. Dalam
perjalanannya, tentara Demak singgah di Cirebon. Di situ Fatahillah
bertemu dengan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), menantunya
sendiri.
Dalam
kesempatan itu Fatahillah mendapat bantuan tentara sehingga pasukan
Demak berjumlah 1967 personel dengan persenjataan yang lengkap.
Tahun
1526 M pelabuhan Banten dapat ditundukkan oleh Fatahillah, selanjutnya
satu tahun kemudian menyerang Sunda Kelapa dan ditaklukkan pada 22 Juni
1527 M. Selanjutnya Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta.Penggantian nama tersebut diresmikan oleh Sunan Gunung Jati.
Usaha
Perluasan wilayah Timur dilakukan Sultan Trenggono pada tahun 1546 M.
Dalam serangan ke Jawa Timur itu Sultan Trenggono gugur, sehingga
pasukan kembali ke Demak. Dia digantikan oleh putranya bernama Sultan
Prawoto yang hanya memerintah kurang lebih satu tahun karena ia terbunuh
oleh Aria Penangsang.
Pada
masa pemerintahan Sultan Trenggono penyebaran Islam memperoleh
perhatian besar. Masjid Demak yang dibangun Raden Fatah, dipugar kembali
oleh Sultan Trenggono. Pada masa ini hidup empat orang dari Wali Songo,
yaitu:
1) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
2) Sunan Kudus (Syekh Ja’far Shadiq)
3) Sunan Kalijogo (Raden Mas Joko Sa’id)
4) Sunan Muria (Raden Prawoto) atau kadang-kadang disebut juga Raden Umar Said.
2. Kerajaan Islam Pajang
Kesultanan
Pajang merupakan pelanjut dari kesultanan Demak. Wilayah Keraaan Pajang
terletak di daerah Kertasura sekarang. Kerajaan ini merupakan kerajaan
Islam Pertama di Pedalaman Jawa. Usia kesultanan ini tidak lama karena
diambil alih oleh Kerajaan Mataram.
Sultan
pertama dari kerajaan ini adalah Jaka Tingkir yang bergelar Sultan
Adiwijaya, menantu Sultan Trenggono. Ia diangkat oleh Sultan Trenggono
menjadi penguasa Pajang. Pada tahun 1546 M setelah Sultan Trenggono
meninggal, di Kerajaan Demak terjadi perebutan kekuasaan.
Jaka
Tingkir yang telah menjadi penguasa di Pajang segera mengambil alih
kekuasaan karena pewaris tahta kerajaan bernama Sultan Prawoto tewas
dibunuh oleh Aria Penangsang. Setelah mengambil alih kekuasaan, Jaka
Tingkir meminta agar semua pusaka kerajaan dipindahkan ke Pajang.
Jaka
Tingkir adalah seorang penguasa yang sangat berpengaruh masa itu. Pada
masanya, Islam berkembang dengan pesat, dia berusaha memperluas wilayah
ke pedalaman hingga ke arah Timur daerah Madiun. Setelah itu secara
berturut-turut menaklukkan Blora tahun 1554 M, Kediri tahun 1577 M dan
pada tahun 1581 M ia mendapat pengakuan sebagai raja Islam dari
raja-raja yang berkuasa di jawa Timur. Pada masanya terdapat pula
perkembangan peradaban Islam di Jawa, terutama sastra dan kesenian.
3. Kerajaan Islam Mataram
Awal pembentukan kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada
Ki Gede Pamanahan untuk menghadapi pemberontakan Aria Penangsang.
Sebagai balas jasa sultan Hadiwijaya memberinya hadiah daerah Mataram
yang menurunkan raja-raja Islam Mataram.
Pada
tahun 1577 M Ki Pamanahan menempati istana barunya di Mataram. Dia
Digantikan oleh putranya, bernama Senopati tahun 1584 M dan dikukuhkan
oleh Sultan Pajang. Senopatilah yang dianggap sebagai Sultan Mataram
yang pertama.
Senopati
berkeinginan menguasai semua kerajaan yang berada dibawah pengaruh
kerajaan Pajang. Hal itu tidak mendapat dukungan apalagi pengakuan dari
para raja di Jawa Timur yang merupakan kerajaan yang berada di bawah
kekuasaan Demak-Pajang.
Senopati
meninggal dunia tahun 1601 M, digantikan oleh putranya Seda Ing Krapyak
yang berkuasa hingga tahun 1613 M, setelah itu digantikan oleh
puteranya Sultan Agung. Sultan Agung berusaha melanjutkan usaha ayahnya
untuk memperluas wilayah kekuasaan, termasuk menguasai wilayah Jawa
Timur secara keseluruhan. Pada masa ini terjadi kontak senjata pertama
dengan Belanda.
4. Kerajaan Islam Cirebon
Kesultanan
Cirebon merupakan kerajaan Islam Pertama di Jawa Barat dan didirikan
oleh Sunan Gunung Jati. Cirebon pada awal abad ke-16 M merupakan sebuah
daerah kecil di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran.
Orang yang berhasil memajukan Cirebon adalah Pangeran Walangsungsang dan orang yang berhasi meningkatkan status Cirebon menjadi
kerajaan adalah Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati adalah putera dari
Nyai Rara Santang dengan Maulana Sultan Mahmud alias Syarif Abdullah
dari Bani Hasyim. Sunan Gunung Jati lahir pada tahun 1448 M dan wafat tahun 1568 M dalam usia 120 tahun.
Dari
Cirebon Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam ke daerah-daerah lain di
Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, kawali (Galuh), Sunda Kelapa
dan Banten. Pengembangan Islam dan perdagangan di wilayah Banten
dilakukan oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1525 M. Ketika ia kembali ke
Cirebon, Banten diserahkan kepada anaknya bernama Sultan Hasanuddin.
Sultan Hasanuddin inilah yang menurunkan raja-raja Banten. Pada tahun
1527 M Sunan Gunung Jati menyerang ke wilayah Sunda Kelapa dan dapat
dikuasai.
Sunan
Gunung Jati wafat ia digantikan oleh Cicitnya bernama Pangeran Ratu
atau Panembahan Ratu. Panembahan Ratu Wafat tahun 1650 M, digantikan
oleh putranya bernama Panembahan Girilayah.
5. Kerajaan Islam Banten
Kesultanan
Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1526 M atas bantuan
Fatahillah. Pada saat itu Fatahillah memimpin tentara Demak dan Cirebon
guna merebut wilayah Pajajaran dan penyebaran Islam di wilayah Jawa
Barat. Ketika akan kembali ke Cirebon, Banten diserahkan kepada
puteranya bernama Sultan Hasanudin.
Sultan
Hasanudin memerintah pada tahun 1552-1570 M, mula-mula Banten dalam
kekuasaan kerajaan Islam Demak,tapi ketika di Demak terjadi
kekacauan,
maka Sultan Hasanudin menyatakan Banten bebas dari kekuasaan raja
Demak. Pada masa Sultan Hasanudin terjadi penyebaran Islam ke daerah
Lampung dan juga terjadi hubungan persahabatan dengan sultan Aceh yang
menguasai Indrapura. Bahkan hubungan itu diperkuat dengan pernikahan
antara Sultan Hasanudin dengan puteri Indrapura.
Sultan Hasanudin Wafat tahun 1570 M, pemerintahan Kerajaan Banten dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Maulana
Yusuf. Ia memerintah pada tahun 1570-1580 M. Pada tahun 1579 M Sultan
Maulana Yusuf mulai mengadakan penyebaran agama Islam ke wilayah
Pajajaran.
Raja terakhir Pajajaran
yang bernama Prabu Sedah meninggal dunia ketika terjadi serangan
tentara Banten yang dipimpin Sultan Maulana Yusuf. Dengan meninggalnya
Prabu Sedah ini maka berakhirlah kerajaan Hindu dan Budha di Jawa Barat.
Sultan
Maulana Yusuf meninggal tahun 1580 M dan digantikan oleh puteranya yang
bernama Maulana Muhammad. Ia memerintah pada tahun 1580-1596 M, ia
bergelar Kanjeng Ratu Banten. Ia naik tahta sewaktu berusia 9 tahun,
oleh karena itu, pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi yang dibantu
oleh Tuan Kadi Besar. Pada tahun 1596 M waktu berusia 25 tahun Maulana
Muhammad kembali memegang pemerintahan sendiri. Pada waktu itu ia juga
mengadakan serangan ke Kerajaan Islam Palembang yang diperintah oleh
Kiyai Gedeh Ing Soro sebagai Adipati yang setia kepada kerajaan Islam
Mataram. Dalam penyerangan itu Maulana Muhammad tewas terbunuh.
Pengganti
Maulana Muhammad adalah Puteranya yang bernama Abdul Mufakhir. Karena
masih bayi, maka pemerintahan dipegang oleh Mangkubumi Ranamanggala. Ia
menjadi Wali Banten tahun 1608-1624 M. Pada masa Ranamanggala ini Banten
mencapai kebesaran dan kejayaan.
Pada
tahun 1624 M Ranamanggala Mangkat, sehingga keadaan setelah itu menjadi
lemah. Banten mulai bangkit lagi di waktu pemerintahan dipegang oleh
Abdul Fatah yang terkenal dengan sebutan Sultan Ageng Tirtayasa
(1651-1682 M). Sultan Ageng Tirtayasa sangat anti Belanda, sikapnya ini
didukung oleh Syeikh Yusuf Al-Makassary, seorang ulama Makasar yang
melarikan diri ke Banten karena Makasar diserang Balanda pada tahun 1667
M. Tetapi sikap ini tidak disetujui oleh anaknya Abdul Kahar yang
terkenal dengan sebutan Sultan Haji.
Perselisihan
paham antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan anaknya Sultan Haji
dimanfaatkan oleh Belanda untuk menyerang Banten. Pada tahun 1681 M
terjadi peperangan yang sangat hebat antara Sultan Ageng Tirtayasa
dengan Sultan Haji.
Dalam pertempuran itu Sultan Haji mendapat kemenangan karena dibantu oleh Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap Belanda tahun 1683 M dan dibawa ke Batavia, kemudian ia meninggal tahun 1692 M dalam tahanan Belanda.
Setelah
itu, pemerintahan berada di tangan Sultan Haji yang pro Belanda. Tapi
Pemerintahan Sultan Haji tidak berkembang karena selalu diatur oleh
Belanda. Ketika Deandels menjadi Gubernur Jenderal Belanda di Indonesia
tahun 1808-1811 M, Kerajaan Islam Banten dihapuskan. Sejak itu kerajaan
Islam Banten tidak terdengar lagi dalam percaturan dunia Islam,
khususnya di Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar